Banner 468 x 60px

 

Saturday, January 13, 2018

Bagaimana Cara Mengetahui Kualitas Rawi?

0 comments

Quwwah ar-Ruwat berkaitan erat dengan dua sifat yang harus dimiliki oleh seorang perawi hadis; ‘Adalah (integritas) dan Dhabth (intlektualitas). Kepemilikan dua sifat ini mutlak diperlukan bagi seorang rawi karena untuk memastikan otentisitas dan akurasi hadis yang diriwayatkan. Dengan bekal dua sifat tersebut, setidaknya kita bisa memastikan akurasi hadis yang sampaikan oleh rawi, tanpa ada cacat berupa pendistorsian (tahrif), manipulasi data (tadlis), dan terjadinya penambahan dan penguranan pada teks hadis atau isnadnya.

Untuk menelisik kualitas rawi pada rangkaian isnad kita cukup dengan mencari komentar para kritikus (Naqid) yang tertuang dalam Kutub ar-Rijal. Di antara kitab-kitab yang bisa digunakan adalah: 1. At-Tarikh al-Kabir oleh Imam Bukhari 2. Tahdzib al-Kamal oleh al-Mizzi 3. Tahdzib at-Tahdzib oleh Ibn Hajar al-‘Asqalani 4. Kitab ats-Tsiqat oleh Ibn Hibban at-Tamimi 5. Kitab al-Jarh wa at-Ta’dil oleh Ibn Abi Hatim 6. Mizan al-I’tidal oleh adz-Dzahabi 7. Maushu’ah Aqwal al-Imam Ahmad bin Hanbal fi Rijal al-Hadits wa ‘Ilalihi. 8. Maushu’ah Aqwal Abi al-Hasan ad-Daruquthni fi Rijal al-Hadits wa ‘Ilalihi. 9. Al-Madkhal ila Ma’rifah ma Usykila min Asma’I ar-Rijal fi ash-Shahihain, oleh Imam Hakim. 10. Al-Kamil fi Dhu’afa’ ar-Rijal oleh al-Hafidz al-Jurjani.

Hanya yang perlu diperhatikan pada pemanfaatan kitab Rijal ini, ada beberapa kode yang harus dipahami. Hal ini pertama, untuk memastikan apakah nama yang dicari betul-betul sudah tepat sesuai dengan jalur isnad yang diteliti atau justru berada di jalur lain, sebab satu nama bisa dimiliki oleh lebih dari satu orang, atau bahkan sampai puluhan. Untuk mengerucutkan kajian, kode pada nama bisa dijadikan petunjuk awal agar tidak salah orang, sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan ittishal as-sanad.

Selanjutnya, penelitian difokuskan pada komentar sang kritikus pada rawi dimaksud. Pada kitab-kitab seperti di atas, atau sejenisnya akan ditemukan komentar para naqid atau kritikus terkait dengan rawi yang dituju. Di sinilah akan ditemukan kode-kode vonis dengan macam tingkatan dan model penyampaian, seperti Tsiqatun, Laysa bil Qawi, Laysa bi Syai’, dan Dha’if. Maksud pada vonis para naqid ini, bisa dilihat di Kamus Istilah Hadis.

Untuk itu, saat dalam pencarian masing-masing rawi dalam kajian Ittishal as-Sanad, ketika ditemukan komentar para Naqid terkait dengan kualitas rawi bisa langsung ditulis. Ketika berlanjut pada kajian quwwah ar-Ruwat tidak perlu mencari ulang, tinggal memasukkannya dalam daftar atau sekedul rawi.

Contoh pada kitab Tahdzib at-Tahdzib (2:107) demikian:

من اسمه جويرية )خ م د س ق( جويرية بن اسماء بن عبيد بن مخارق ويقال مخراق الضبعي أبو مخارق ويقال أبو أسماء البصري. روى عن أبيه ونافع والزهري وبديح مولى عبدالله بن جعفر ومالك بن أنس وهو من اقرانه وغيرهم . وعنه حبان بن هلال وحجاج بن منهال وابن أخته سعيد بن عامر الضبعي وابن أخيه عبدالله بن محمد بن أسماء وأبو عبد الرحمن المقري وأبو سلمة ويحيى القطان ويزيد بن هارون ومسدد وأبو الوليد وغيرهم . قال ابن معين ليس به بأس وقال أحمد ثقة ليس به بأس وقال أبو حاتم صالح. قلت: أرخ البخاري وغيره وفاته سنة (173) وكذلك ابن حبان في الثقات وقال ابن سعد كان صاحب علم كثير وذكره ابن المديني في الطبقة السابعة من أصحاب نافع.

Agar tidak salah orang, ketika ingin mencari biodata atas nama Juwairiyah, penlu mengamati kode pada sebelum nama. Melihat kode, berarti Juwairiyah yang dimaksud adalah jalur al-Bukhari, Muslim, Abi Daud, an-Nasa’i dan Ibn Majah. Daftar nama guru diawali dengan kata Rawa ‘an......., sedangkan daftar murid diawali dengan kata wa ‘Anhu..... Kemudian, dalam al-Jarh wa at-Ta’dil mengutip komentar dari Yahya bin Ma’in, Ahmad bin Hanbal dan Abu Hatim, sebagai data quwwah ar-ruwat. Tahun wafat juga disebutkan pada biodata ini.

Masalah yang mungkin menjadi titik perhatian adalah munculnya ta’arudh di antara vonis para naqidin. Pertentangan tidak hanya pada antar kelas pada Ta’dil dan Tajrih saja, melainkan pula antara at-Ta’dil dan al-Jarh. Kalau dalam satu kelas, semisal sama-sama Ta’dil, cuma beda tingkatan, mungkin tidak menjadi masalah serius. Akan tetapi, jika pertentangan antara al-Jarh dan at-Ta’dil, maka menjadi persoalan yang serius. Untuk hal ini, juga dapat dirujuk pada Kamus Istilah Hadis terkait Ta’arudh al-Jarh wa at-Ta’dil.

0 comments:

Post a Comment